SELAMAT DATANG DI PKS CIANJUR ZONDA DUA # TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA # FOLLOW KAMI DI TWITTER @pks_cianjur

Sabtu, 07 Mei 2011

PKS Siapkan Penangkal Atasi Penyusupan


Bandung - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tak menampik hingga kini menjadi sasaran intelijen yang hendak menyusup. Namun, PKS punya 'obat' untuk menangkal intelijen masuk ke dalam partainya.

"Memang hingga kini PKS jadi sasaran intelijen. Tapi PKS punya mekanisme untuk menjaga agar tak kesusupan (intelijen). Cara menangkalnya dengan memberikan training security awarnes atau pengetahuan pengamanan kepada kader-kader PKS," ujar anggota MPP PKS yang juga pengamat intelijen, Suripto.

Suripto mengungkapkan hal tersebut saat ditemui di Hotel Savoy Homann, Kota Bandung, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Jumat (6/5/2011).

Melalui security awarnes, tutur Suripto, setidaknya membantu mengetahui ciri-ciri dan identifikasi para penyusup dari kalangan intelijen. Sebab, tambah dia, disinyalir ada pihak yang kurang senang kalau PKS jadi partai peringkat tiga besar di Indonesia.

Guna menghindari penyusupan intelijen, sambung dia, antisipasi sudah digalakan mulai tingkat pusat hingga ranting. "Namun hingga kini kami belum menemukan (menyusupnya intelijen). Kami mencoba terus menangkal," ujarnya.

Kenapa PKS jadi sasaran intelijen? "Karena dianggap PKS itu mempunyai hubungan dengan gerakan internasional, khususnya sering disebut 'Ihwanul Muslimin'. Tapi sebetulnya enggak ada hubungan," tutur Suripto sembari menambahkan kalau PKS saat ini berencana membangun hubungan bersifat paradoks dengan Partai Komunis Cina.

Menurut Suripto, intelijen hinggap ke organisasi partai merupakan hal lumrah. Maka ia pun mengaku tak terkejut.

"Jangankan organisasi partai. CIA saja bisa disusupi, bahkan ada double agent. KGB juga bisa disusupi," tutup Suripto.(detik.com)

Jumat, 06 Mei 2011

Mahfud : Tidak ada kaitan antara PKS dengan NII


Wakil Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mahfud Shiddiq mempertanyakan motif dari pihak-pihak yang mengaitkan partainya dengan Negara Islam Indonesia (NII) sebagaimana yang diungkap oleh mantan Menteri Peningkatan Produksi NII Imam Supriyanto saat diskusi di Gedung DPR RI.

"Kalau ada yang mau mengkait-kaitkan PKS dengan NII, saya mempertanyakan, apa maksud mereka itu," kata Mahfud di Jakarta, Kamis (5/5/2011).

Menurut dia, tudingan tersebut adalah salah satu bentuk atau cara menyudutkan dan mengkerdilkan PKS. Ia juga menyebutkan, apa yang telah dilakukan partai justru memberikan pencerahan tentang kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk masalah Islam itu sendiri.

"PKS no comment. Masyarakat sekarang sudah cerdas, bisa mengenali dan membedakan mana yang benar dan mana yang tidak benar. Justru PKS selama ini mendidik masyarakat tentang Islam yang moderat dan menjauhi kekerasan," kata Ketua Komisi I DPR RI itu.

Rabu, 04 Mei 2011

MENJEMPUT KESETIAAN


Oleh : Cahyadi Takariawan


Engkau aktif dalam kegiatan dakwah ? Engkau telah bekerja melakukan berbagai upaya menebarkan kebaikan di daerah ? Jika ya, maka mungkin engkau pernah mendengar ucapan-ucapan seperti ini, entah dari siapa.

“Luar biasa aktivitas anda membesarkan dakwah di daerah. Sayang sekali, senior anda yang di pusat justru mengkhianati perjuangan anda. Mereka telah mengejar harta, tahta dan wanita, dan melupakan tujuan perjuangan. Lalu, untuk apa anda tetap berpayah-payah di daerah?”

“Sia-sia semua yang kalian kerjakan. Hasilnya dirampas oleh sebagian kecil elit di antara kalian. Apa kalian masih akan bertahan ?”

“Lihatlah apa yang terjadi pada kalian. Setiap hari bertabur berita jelek di media. Itu menandakan aktivitas dakwah kalian sudah jauh menyimpang, karena kerakusan para pemimpin kalian. Mereka telah gila dunia dan melupakan akhirat”.

Semua kata-kata itu keluar begitu saja dari mereka yang tidak mengerti makna ucapannya sendiri. Seakan-akan semua yang diucapkannya adalah kebenaran. Seakan-akan yang disampaikan adalah data dan fakta yang telah teruji kebenarannya, lalu semua yang mendengarkan diharapkan segera beriman. Seakan-akan semua yang mereka ungkapkan adalah dalil pembenaran untuk meninggalkan gelanggang perjuangan.

Alkisah, seorang kader dakwah merasa tengah mengalami titik kejenuhan. Banyak beban dakwah dan beban kehidupan harus dihadapi sendiri. Ia mulai merenung, berpikir, dan akhirnya merasa semakin lemah. Aktivitas dakwah yang semula menumpuk setiap hari, perlahan mulai dikurangi. Dikumpulkannya “kata orang” tentang pemimpinnya. Dia belanja isu tentang kehidupan para pimpinan dakwah. Cukup banyak sudah isu dikumpulkan, semua semakin melemahkan semangat dakwahnya. Ia mulai menghitung ulang keterlibatannya dalam aktivitas dakwah, dan mempertimbangkan langkah mundur ke belakang.

Di hadapanku ia curahkan semua isi hatinya. Sesak, gumpalan beban menghimpit dada dan hatinya. Lelah, penat, jenuh, kecewa, sedih, bercampur aduk…. Air matanya tumpah ruah saat bercerita tentang kepedihan hatinya. Aku merasakan bendungan perasaan itu ambrol, air bah kekecewaan mengalir sangat deras tidak terbendung. Dahsyat, luar biasa….

Aku segera menceritakan makna ikhlas bagi kader yang berada di lapangan. Aku hanya kader lapangan, waktuku habis di jalan, bukan di kantoran. Aku tidak bisa menjelaskan dengan rangkaian teori yang “tinggi-tinggi”. Ilmuku adalah ilmu lapangan, ilmu aplikasi, berisi pengalaman dan akumulasi rekaman kejadian setiap hari. Teoriku adalah teori kehidupan, yang aku dapatkan langsung dari medan perjuangan. Merekam detail hikmah yang muncul dari perjalanan di sepanjang wilayah dakwah.

Saudaraku, aku ajak engkau melihat benih-benih yang kita semai di ladang-ladang dakwah di berbagai wilayah. Subhanallah, benih itu tumbuh subur menghijau, membuat takjub siapapun yang melihat dan merasakan detak pertumbuhannya. Kita sirami benih itu, dan kita rawat dengan sepenuh cinta dan kasih sayang. Perasaan lelah dan jenuh menghadapi berbagai kendala, segera hilang sirna dengan sempurna, saat menyaksikan hasil semaian di ladang-ladang dakwah kita.

Rasa jenuh dan lelah bisa hinggap pada hati dan pikiran siapa saja. Pekerjaan rutin sehari-hari membuat kita mudah mengalami kejenuhan, apalagi jika yang dihadapi hanya koran, berita televisi, internet dan kata orang. Dunia disempitkan oleh media, bukan diluaskannya. Lalu apa yang menyemangati kita ? Mari berjalan menikmati hijaunya lahan-lahan semaian dakwah yang telah kita rawat lebih dari dua puluh tahun lamanya. Berjalan, bertemu kader-kader dakwah di setiap daerah, menyapa dan membersamai aktivitas mereka. Subhanallah, lihat wajah-wajah cerah yang tampak di setiap pertemuan.

Di sebuah mushalla kecil di kecamatan Piyungan, Bantul, Yogyakarta, aku merasakan optimisme dan membuncahnya harapan. Di sebuah ruang sederhana di Gendeng, Baciro, Kota Jogja, aku menjadi saksi kesetiaan tanpa jeda. Di sebuah gedung pertemuan di Masamba, Luwu Utara, Sulawesi Selatan, aku merasakan detak jantung penuh cinta. Di sebuah ruangan di Baubau, Sulawesi Tenggara, aku merasakan getar kesadaran akan kemenangan. Di sepanjang bumi Sumatera aku melihat dan merasakan pancaran semangat yang membara. Di berbagai belahan Kalimantan aku mendapatkan suasana gelegak kehangatan tak terkalahkan. Di Nusa Tenggara Barat, yang muncul hanyalah optimisme menghadapi medan perjuangan. Di Maluku, kepal tangan yang terangkat kuat menandakan tak akan menyerah menghadapi kendala dakwah. Di Papua, minoritas bukanlah alasan untuk merasa lemah dan kalah.

Lalu apa yang melemahkanmu, saudaraku ? Berjalanlah, dan semua wilayah ini adalah bumi dakwah, tempat kita menyemai cinta. Bergeraklah, dan semua daerah ini adalah bumi perjuangan, tempat kita menanamkan harapan. Dimanapun engkau berjalan, dimanapun engkau bergerak, akan merasakan kesegaran udara yang sangat jernih. Tak ada polusi di sana, polusi itu justru ada di sini, di tulisan ini. Tulisan yang tak mampu menggambarkan betapa besar sesungguhnya ukuran cinta dan harapan yang ada pada dada para kader di sepanjang wilayah dakwah. Tulisan yang saya khawatirkan justru menyempitkan makna kesetiaan dan keikhlasan setiap titik perjuangan kader di seluruh bumi Allah.

Maka bergeraklah, berjalanlah, beraktivitaslah bersama kafilah dakwah. Rasakan sendiri, lihat sendiri, dengarkan sendiri kata-kata mutiara yang muncul dari lapangan. Diam telah membuatmu merasakan kejenuhan. Tidak bergerak menyebabkan pikiranmu dipenuhi pesimisme dan kegalauan. Tidak berkegiatan membuat hatimu selalu dalam kebimbangan dan keputusasaan. Bergeraklah di lapangan dakwah, engkau akan menemukan sangat banyak harapan dan untaian mutiara kesabaran.

Jadi, apa yang melemahkanmu, saudaraku ? Lihat sendiri, dengan mata kepalamu sendiri, bagaimana wajah-wajah penuh kecintaan akan selalu engkau dapatkan. Kemanapun engkau pergi, yang engkau temui adalah benih-benih tersemai dengan pupuk keimanan dan keutamaan. Kemanapun engkau melangkah, yang engkau dapatkan adalah buah-buah yang terawat oleh cinta dan kasih sayang para pembina. Para pembina telah mencurahkan cinta, telah menorehkan kasih, telah memahatkan sayang di hati sanubari semua benih dakwah di sepanjang daerah.

Bisakah engkau menanamkan bibit-bibit kebencian, kemarahan, dendam dan kesumat, lalu menyuburkannya hanya dengan pupuk isu serta gosip sepanjang masa? Bisakah engkau menciptakan lahan-lahan yang akan tersuburkan dengan fitnah, caci maki dan sumpah serapah ? Siapa yang akan bisa memberikan cinta, jika yang engkau keluarkan untuk mereka adalah dendam membara ? Siapa yang akan memberikan kesetiaan, jika yang engkau tanam adalah benih-benih permusuhan ? Siapa yang akan memberikan ketulusan, jika yang engkau taburkan adalah kebencian ?

Jadi, apa yang menggelisahkanmu saudaraku ? Seorang kader dakwah di Paniai, Papua, menitipkan pesan penting saat aku kesana. “Yang sangat kami perlukan adalah kehadiran para Pembina. Kami sangat optimis dengan medan dakwah di sini”. Subhanallah, seperti terbawa mimpi. Paniai bahkan tidak engkau kenal wilayahnya ada dimana. Engkau tidak mengetahui bahwa di tempat yang sangat jauh dari keramaian kota itu ada banyak harapan untuk kebaikan. Benar kan, di sana tidak ada polusi? Karena polusi itu ada di sini, di tulisan ini. Tulisan yang tak mampu merangkum kuatnya kecintaan dan tulusnya harapan dari kader-kader di daerah.

Di sebuah ruang sederhana, di Wamena, Papua, aku mendapatkan dan merasakan gelora semangat yang sedemikian membahana. Demikian pula di Merauke. Sekelompok kader telah bekerja melakukan apa yang mereka bisa, dan ternyata lahan-lahan kering itu sedemikian suburnya. Tak dinyana, semula kita membayangkan akan kesulitan menanam benih di lahan yang teramat kering kehitaman. Namun taburan benih tak ada yang sia-sia. Semangat demikian tinggi mengharap kehadiran kita untuk menyaksikan pertumbuhan, karena benih telah dirawat dan dipelihara dengan sepenuh jiwa.

Di sebuah pojok ruang di Manokwari, Irian Jaya Barat, tak kalah semangat menjalani aktivitas perjuangan. Beberapa gelintir generasi dakwah, telah menanamkan benih-benih di berbagai wilayah. Siapa menyangka ternyata kecintaan dan kesetiaan yang tulus dimiliki oleh mereka yang tinggal jauh di ujung Indonesia. Genggaman tangan sangat kuat dan hangat masih aku rasakan, seakan tak mau melepaskan. Bahkan mereka menghantarkan aku hingga di depan tangga pesawat terbang. Kisah-kisah heroik aku dapatkan selama menemani mereka menyemai benih di bumi Irian Jaya Barat. Insyaallah pahala berlipat telah Allah limpahkan untuk mereka.

Jadi, hal apa lagi yang meresahkanmu, saudaraku ? Pernahkah engkau mendengar Polewali, Majene, Mamuju dan Mamasa ? Mungkin engkau belum pernah mencarinya di dalam peta. Itu nama-nama kabupaten yang ada di Sulawesi Barat, propinsi yang terbentuk setelah dimekarkan dari Sulawesi Selatan. Aku telah melawat berhari-hari lamanya, menemukan bongkahan semangat yang sangat potensial. Sangat banyak luapan energi yang siap untuk mencerahkan wilayahnya. Mereka menjemput kesetiaan dengan melakukan sangat banyak kegiatan, di tengah berbagai keterbatasan yang mereka hadapi.

Aku juga mengunjungi dan menyapa kader-kader di Mataram, Lombok, Sumbawa, Dompu dan Bima. Luar biasa semangat kader-kader dakwah di sana. Di sudut-sudut ruangan, aku menemukan kenyataan cinta itu hidup segar, bersemi indah dan terawat dengan cermat. Tangan-tangan halus para pembina telah membentuk karakter yang kuat pada para aktivis dakwah, sehingga mereka terus menerus bekerja tanpa mengenal lelah, padahal tidak ada yang memberi upah. Hanya Allah yang menjadi tumpuan harapan kerja mereka. Luar biasa.

Di sepanjang ruas jalan yang aku lalui di Balikpapan, Samarinda, Kutai Timur, Kutai Kertanegara, Penajam, Berau, yang terhirup adalah udara jernih, bukti kemurnian tujuan perjuangan. Demikian pula saat aku menapaki Banda Aceh, Pidie, Lhokseumawe, Langsa, Meulaboh, yang terasakan hanyalah semangat berkontribusi tanpa henti. Para kader telah bertahan di medan perjuangan dengan segenap kecintaan dan harapan. Tak ada polusi di sana, karena polusi itu adanya di sini. Di tulisan ini. Tulisan yang tak mampu mengkabarkan dengan tepat betapa keutuhan dan ketulusan langkah perjuangan kader-kader dakwah di sepanjang wilayah. Sepanjang mata memandang, yang tampak adalah dinamika berkegiatan, berlomba melakukan hal terbaik yang bisa mereka lakukan, berlomba mencetak prestasi dan karya besar bagi bangsa dan negara.

Maka, apa yang meragukanmu, saudaraku ? Suara-suara itu, tuduhan-tuduhan itu, kata-kata itu ? Aku bukan seseorang yang berwenang menjelaskan. Maka aku tak mau mendengarkannya, karena sama sekali tidak ada artinya bagiku. Aku hanyalah seorang kader lapangan. Waktuku habis di jalan, bukan di kantoran. Aku merasakan gairah pertumbuhan, aku mendengarkan degup jantung penuh kecintaan, aku mencium harum aroma kemenangan, aku melihat gurat keteguhan, aku menikmati cita rasa kesetiaan. Aku menjadi saksi betapa suburnya cinta dan kesetiaan kader di sepanjang jalan dakwah, di sepanjang bumi Allah.

Waktu, tenaga, pikiran, harta benda bahkan jiwa telah mereka sumbangkan dengan sepenuh kesadaran. Tidak ada yang terbayang dalam benak mereka, kecuali upaya memberikan yang terbaik bagi perjuangan. Berbagai kekurangan dan kelemahan mereka miliki, namun tidak menyurutkan semangat dan memadamkan gairah yang menggelora di dada. Mereka yakin akan janji-janji Ketuhanan, bahwa kemenangan itu dekat waktunya. Mereka menjemput kesetiaan dengan selalu bergerak, berbuat, beraktivitas di lapangan. Bukan duduk diam menunggu sesuatu, atau melamunkan sesuatu.

Suara-suara itu, tuduhan-tuduhan itu, caci maki itu, apakah masih ada artinya jika engkau telah menghirup nafas dari udara yang sangat jernih di wilayah dakwah ? Apakah masih membuatmu gelisah jika tubuhmu telah basah oleh keringat dari perjalanan panjang yang sangat menyenangkan di berbagai daerah ? Apakah masih membuatmu ragu jika matamu telah memandang kehijauan lahan-lahan yang kita semai di sepanjang bumi Allah ? Apakah masih membuatmu gundah jika hatimu telah bertaut dengan aktivitas kader-kader dakwah yang menjemput kesetiaan dengan berjaga dan bertahan di berbagai medan perjuangan ?

Sungguh, aku menjadi saksi kesetiaan mereka di sepanjang jalan dakwah. Aku menjadi saksi hasrat dan kecintaan mereka yang sedemikian besar kepada perjuangan dakwah. Aku juga berharap, kader-kader di daerah mengerti betapa besar cinta kami kepada lahan-lahan yang tumbuh bersemi. Aku selalu memohon perlindungan dan kekuatan kepada Allah, semoga Allah selalu melindungi dan menjaga dakwah dan para qiyadah. Aku selalu memohon kepada Allah, agar semangat dan gairah dakwah tidak pernah melemah. Ya Allah, beritahukan kepada kader-kader yang setia berjaga di garis kesadaran dan harapan, betapa besar cinta kami kepada mereka. Ya Allah sampaikan kepada para kader yang telah bekerja sepenuh jiwa, betapa hati kami selalu tertambat kepada mereka.

Beritahukan ya Allah, cinta kami sangat tulus untuk mereka. Selamanya.

Selamanya !

Pancoran Barat, 3 Mei 2011

Ecky Awal Mucharam : Pemerintah Jangan Hanya Urusi Upah Minimum Saja


Jakarta (2/5) Pemerintah diharapkan berperan lebih strategis baik untuk mengurangi beban buruh dan pengusaha dan tidak sekedar terjebak pada peran menetapkan harga upah minimum semata. Hal ini misalnya dapat dilakukan dengan menyediakan barang publik yang memadai. Demikian disampaikan Anggota Komisi VI DPR RI, Ecky Awal Mucharam di DPR, Senin (2/5).

“Fungsi utama pemerintah dalam hubungan buruh dan pengusaha bukan sekedar menetapkan upah minimum, tapi menyediakan fasilitas publik yang baik dari pajak yang sudah dibayar masyarakat. Kita harus menuntut peran pemerintah ini, kalau hanya untuk menetapkan upah minimum maka tidak perlu ada pemerintah,” jelas Ecky.

Menurut Legislator dari PKS ini, salah satu contoh peran pemerintah bagi buruh adalah dengan menyediakan fasilitas transportasi, pendidikan dan kesehatan yang baik dan terjangkau. Sedangkan bagi pengusaha bisa dengan menyediakan fasilitas infrastruktur yang baik seperti jalan, pelabuhan dan tenaga listrik yang terjamin

Selain itu, lanjut Ecky, yang dibutuhkan oleh pengusaha adalah dukungan agar usaha yang dijalankan berdaya saing tinggi. Hal itu bisa dilakukan dengan penyediaan infrastruktur yang baik dan dihilangkannya pungutan liar yang menimbulkan ketidakpastian biaya. “Infrastruktur itu domain pemerintah, pungutan liar juga dilakukan oknum pemerintah. Begitu juga dengan penyediaan fasilitas publik lain yang dapat meringankan beban hidup buruh adalah domain pemerintah. Jadi lucu kalau pemerintah seolah sudah memperjuangkan kepentingan buruh hanya dengan menaikkan upah minimum”, tutup Ecky.

Selasa, 03 Mei 2011

Luthfi: PKS Punya Sistem Cegah NII


KOMPAS.com — Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaq enggan berkomentar terkait pengakuan sejumlah mantan menteri Negara Islam Indonesia (NII) mengenai pendekatan mereka terhadap sejumlah partai politik, termasuk ke dua partai besar, Partai Golkar dan Demokrat. Bagaimana dengan PKS?


"Kita kembali pada apa yang dinyatakan saja, yaitu Golkar dan Demokrat. Saya tak bisa katakan PKS bersih atau tidak. Tetapi kami punya sistem untuk mereduksi hal-hal yang tidak konstruktif dan dorongan melakukan pelanggaran atau tindakan destruktif," ungkap Luthfi kemarin di Hotel Sahid Jaya. Ia tidak merinci sistem yang dimaksud.

Sebelumnya, saat bertemu dengan Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso, mantan Menteri Peningkatan Produksi Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9 (NII KW 9) Imam Supriyanto mengatakan NII sudah melakukan pendekatan ke sejumlah partai politik, seperti Partai Golkar, Partai Demokrat, dan Partai Republikan.

Menurut Luthfi, meski telah masuk ke berbagai elemen, termasuk partai politik, cita-cita mewujudkan NII bisa dihambat. Hanya saja, lanjutnya, itu bergantung pada kerja sama semua elemen masyarakat. Semua elemen harus berkonsolidasi untuk menjaga kesatuan negara. Pemerintah sebagai komandannya tak boleh pula melakukan pembiaran. "Kalau semua elemen bersatu padu menjaga negara ini, tentu bisa. PKS termasuk salah satu elemennya," tegas Luthfi.

Luthfi juga menuntut pemerintah, melalui Kementerian Agama, segera menjelaskan mengenai posisi NII KW 9 yang disebut berbuah dari Pesantren Al-Zaitun pimpinan Panji Gumilang. Pasalnya, sebagai pesantren yang sudah terdaftar menjadi binaan pemerintah, Al-Zaitun memperoleh santunan dana dari pemerintah. Jika institusi yang sudah dibina pemerintah melakukan kekerasan, tentu pemerintah sebagai pembinanya harus bertanggung jawab.

"Kalau yang melakukan kekerasan itu yang sudah dibina, itu tanggung jawab yang membina, kan. Pemerintah di sini bisa kecolongan atau tidak. Pemerintah, kan, sudah memahami petanya, tokoh dan cara kerjanya. Yang belum dipahami adalah menghentikan seluruh langkah destruktif mereka," ujarnya.

Dialog dengan Organisasi Buruh, PKS Terima Uneg-uneg Soal RUU BPJS


Jakarta - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengundang sejumlah organisasi buruh untuk membahas RUU Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang tengah digodok DPR, Pansus, dan pemerintah. Segala uneg-uneg dari buruh pun akan ditampung PKS.

"Kami sengaja mengundang organisasi tokoh-tokoh buruh karena kami ingin mendengar segala uneg-uneg maupun hujatan dari para teman-teman buruh," kata ketua bidang buruh, petani, dan nelayan DPP PKS, Martri Agoeng, sebelum acara dialog di Hotel Sahid, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (2/5/2011).

Menurut Martri, RUU BPJS sangat penting untuk jaminan keselamatan para buruh. Buruh bukan hanya memperjuangkan kepentingan diri sendiri. Tapi lebih kepada kepentingan seluruh rakyat Indonesia.

"Silakan saja disampaikan ke kami. Buruh dapat mempelopori jaminan sosial karena ini program yang diamanahkan konstitusi," jelasnya.

Acara dialog dimulai pukul 13.30 WIB. Setengah jam sebelumnya, para peserta dari kalangan buruh sudah tiba di Hotel Sahid. Ada sekitar 30 buruh yang hadir. Namun di daftar hadir tercatat ada 4 organisasi.

Organisasi buruh tersebut yakni Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (Aspek), dan Serikat Pekerja Nusantara (SPN).

Tampak juga yang hadir Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq dan Ketua FPKS Mustafa Kamal.
(detik.com)

Senin, 02 Mei 2011

Aku Masih di Sini untuk Setia


"Saya teringat pada waktu tahun 90-an. Saat itu banyak aktivis dakwah yang meninggalkan Jogja karena ada tawaran kerja di perusahaan-perusahaan besar di luar Jawa akan tetapi sebagian tetap bertahan di Jogja. Ya, sebagian memilih melanjutkan pengembangan dakwah di Jogja, memilih bersabar bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan sore hari, mereka tidak berpaling pada dunia," itu kata ustadz kami seusai membahas salah satu ayat dalam surat Al-Kahfi dalam kajian jelang buka puasa Romadhon 1430 H.

Selengkapnya ayat yang dimaksud adalah "Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (QS. Al-Kahfi/ 18 : 28)

Ada rasa haru tersendiri jika kita mendengar kabar bahwa sahabat dakwah kita yang sudah begitu akrab hendak pulang kampung ataupun hijrah ke kota lain nan jauh dari kita. Di satu sisi ada harap akan kebaikan yang lebih baik dari ketika dia bersama-sama dengan kita namun di sisi lain ada khawatir bahwa semua akan berubah tidak seperti yang diharapkan semula. Antara bahagia dan sedih: kita bahagia karena sahabat kita memperoleh sebuah kebaikan dari Alloh dan kita sedih karena sahabat dakwah tak akan lagi di sisi.

"Teman-teman saya tu sudah pada ke luar negeri, kuliah di mana, kerja di mana, saya koq dari dulu masih di sini aja ngurusin DPC, hahaha!" kelakar seorang sahabat saya pada suatu ketika. Beliau memang telah beberapa tahun 'menunda' kelulusan kuliahnya sehingga sampai berkata seperti itu. Hanya tawa yang bisa kami luapkan bersama karena tak cukup syar'i menjadikan dakwah sebagai kambing hitam. Kami buang jauh-jauh kalimat "Kalau saja tidak perlu berdakwah dan terlibat amanah-amanah ini mungkin sekarang kita sudah sukses melanglang buana."

Hidup memang penuh dengan pilihan, bukan berarti mereka yang pergi itu berpaling pada dunia dan meninggalkan dakwah. Mereka pergi untuk kembali dengan dakwah yang lebih powerful. Bukan berarti juga yang bertahan di kampung halaman lantas akan terus-menerus berada di jalan dakwah. Inilah pentingnya mengokohkan niat, niat sungguh menentukan makna kehadiran kita di suatu tempat.

Abu Zubaidin Al-Yaami rohimahulloh mengatakan, "Niatkanlah untuk kebaikan, semua perkara yang engkau lakukan sampai-sampai pergimu ke tempat sampah." Dikutip dari Jami'ul 'Ulum wal Hikam, 70/I (SMS dari seorang kawan)

Berhati-hatilah dengan niat hijrah kita, resapi betul hadits Arba'in An-Nawawi urutan pertama. Niat bisa membatasi antara dunia dengan akhirat. Jika kita mengharap akhirat, kita akan mendapatkan akhirat bahkan insya'alloh kita juga akan mendapatkan dunia yang tak pernah kita harapkan. Jika kita mengaharap dunia, alih-alih akhirat, dunia pun mungkin bisa jadi justru tak akan didapat.

Jangan pernah hijrah hanya karena dunia yang kita inginkan, apalagi berpaling dari dakwah karena dunia yang hina. Tidak elok sama sekali jika kita hijrah lalu kehilangan keringat peluh lelahnya berdakwah. Tentunya kita tak mau kehilangan nikmat itu, nikmat iman, nikmat hidayah, nikmat dakwah, berlelah-lelah dalam dakwah itu indah! Sekali lagi, niatkanlah untuk Alloh. Boleh jadi substansinya sama namun nilainya berbeda, yang membedakannya adalah niat.

Teruntuk sahabat-sahabat dakwahku, semoga Alloh senantiasa membersamai kita, meridhoi dan memberikan barokah pada kita semua di manapun kita berada. Saya memilih di sini, tetap di sini, tetap di kampung halaman saya, bukan berarti menafikan nasihat para ulama mengenai pentingnya hijrah dan menjelajah dunia. Kampung halaman saya masih negeri merdeka, masih banyak yang bisa dan perlu dilakukan di sini. Semoga juga bernilai kebaikan. Mungkin keberadaan saya di sini jauh lebih baik dari keberadaan saya di luar sana. Bukankah masyarakat sekitar kita jauh lebih berhak menikmati dakwah kita? Yah, kalaupun hijrah, jangan lupa kisah Fathu Makkah. Seusai hijrah, pulanglah dan jadikan kampung halaman kita futuh.

<---end of this note--->

*Ditulis oleh Akhid Nur Setiawan Abu Kholid bin Jamal As-Sulaimani, kami comot dari blognya disini:
http://pejuangperadaban.blogspot.com/2010/06/aku-masih-di-sini-untuk-setia.html

**gambar: KORSAD Bandung, diambil dari galerikeadilan.net dan diedit sendiri.
---

Sumber: pkspiyungan.blogspot.com

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More