dakwatuna.com – “Jazakallah ustadz sudah membimbing anak kami”, kata itu masih terngiang di telingaku saat hampir satu tahun lalu engkau mengambil raport untuk putri ketujuhmu Salma Salimah. Waktu itu aku yang menjadi wali kelas di sekolah anakmu, sangat salut padamu karena betapa orang sekelas dan sesibukmu mampu menyempatkan diri datang ke sekolah untuk mengambil raport anaknya, sementara tidak sedikit orangtua murid yang sebenarnya tidak terlalu sibuk tapi tidak sempat datang ke sekolah untuk sekadar mengambil raport anak-anaknya. Dan kemarin aku mendengar engkau baru saja menghadiri dan menyaksikan acara wisuda salah seorang putramu sesaat sebelum Allah memanggilmu. Ustadzah Yoyoh, sungguh perhatianmu pada keluarga sangat menginspirasi kami.
Ustadzah Yoyoh Yusroh, begitu biasanya kami memanggilmu, sangat sederhana. Tetapi jalan hidupnya ternyata tidak sesederhana namanya. Ibu dari 13 orang anak ini merupakan anggota DPR RI dari FPKS selama tiga periode. Track Record mu dalam kancah dakwah di masyarakat dan legislatif sudah tidak diragukan lagi. Kiprah mu di Komisi I DPR RI meninggalkan begitu banyak jejak kebaikan, menghidupkan kembali fungsi negara Indonesia yang berperan aktif dalam perdamaian di beberapa negara Konflik. Ketika keadaan di Palestina dan negara-negara Arab sedang memanas, engkau yang aktif menjadi ustadzah beberapa majelis ta’lim ini tanpa rasa takut dan ragu mengunjungi negara-negara tersebut, mewakili Indonesia untuk melihat kontribusi apa yang bisa di berikan. Sampai di penghujung umurmu tak pernah henti mencoba merealisasikan dakwah Nabimu. Memperbaiki diri sendiri, memperbaiki keluarga, memperbaiki masyarakat, memperbaiki negara, dan memperbaiki dunia.
Saat beberapa anggota DPR yang terhormat diisukan melakukan perbuatan-perbuatan “tidak terhormat” di antara mereka ada yang diisukan selingkuh, ada yang diisukan korupsi dan ada pula yang diisukan mabuk di kelab malam. Engkau bahkan jauh dari isu-isu seperti itu, engkau telah buktikan pada kami, pada Indonesia bahkan pada dunia bahwa engkau bersih, engkau peduli dan engkau profesional.
Seorang konsultan terkenal di Singapura, yang selalu kami mintai taujih dan nasihatnya, yang kami nantikan saran dan masukannya, yang kami kagumi kehidupan pribadi, keluarga dan dakwahnya pernah berkata dengan tulus
“Kenapa kalian jauh-jauh sampai harus mencari kami ke Singapura padahal di negeri kalian sendiri ada sosok yang sangat hebat luar biasa yang begitu kami kagumi. Yes Ustadzah Yoyoh and her family is our model”, begitu katanya. Ustadzah Yoyoh, keluargamu sangat menginspirasi kami.
Saat menjadi muwajjih bagi guru-guru di sekolah kami pada satu kesempatan, engkau bercerita bahwa ketika berbincang dengan para mujahidah Palestina yang memiliki anak yang banyak dan mereka semua hafal Qur’an, saat itu engkau ditanya
“Ummu Umar, kam aulad indak”
“13” jawabmu bangga
“Kam hafidzti minal qur’an”
“20 juz” katamu datar
“Hei. Apa saja yang kamu kerjakan di dunia ini, bukankah engkau hidup di negeri yang aman tanpa perang. Ayo segera selesaikan hafalanmu”. Sergah mereka.
Saat itu katamu engkau malu pada mereka dan bertekad untuk segera menyelesaikan hafalan Qur’anmu. Dan terakhir aku dengar engkau telah hafal Al-Qur’an. Ustadzah Yoyoh, semangatmu sungguh menginspirasi kami.
Pernah kami mengundangmu sebagai pembicara dalam acara seminar yang dihadiri oleh orang-orang kaya yang berpakaian dan berpenampilan serba wah, engkau datang dengan pakaian dan penampilan yang sangat sederhana, jauh dari gemerlap bahkan tidak pakai make up, sangat jauh dari kesan mewah. Namun semua yang hadir kagum akan materi dan penyampaianmu.
Keseharianmu pun begitu, selalu sederhana. Seingatku, dulu ketika beberapa binaanmu baru punya taruna, xenia atau avanza engkau sudah memiliki innova. Dan kini beberapa binaanmu itu sudah mengganti kendaraan mereka dengan fortuner, CRV, pajero bahkan alpard dan mercy, engkau masih setia dengan mobil lamamu. Padahal – aku sangat yakin – kalau engkau mau, engkau mampu membeli dan memiliki yang jauh lebih mewah dari itu. Darimu kami belajar bahwa sederhana adalah memilih hidup biasa walaupun engkau mampu untuk hidup mewah. Ustadzah Yoyoh, sederhanamu sungguh menginspirasi kami.
Hari ini aku mendapat forward SMS yang engkau kirimkan kepada seorang akhwat beberapa hari sebelum Allah memanggilmu:
“Ya Rabb, aku sedang memikirkan posisiku kelak di akhirat, mungkinkah aku berdampingan dengan penghulu para wanita Khadijah Al-Kubro yang berjuang dengan harta dan jiwanya? Ataukah dengan Hafshah binti Abu Bakar yang dibela oleh Allah saat akan dicerai karena shawwamah dan qawwamahnya? Atau dengan Aisyah yang telah hafal 3500-an hadits, sedangkan aku, ehm 500 juga belum. Atau dengan Ummu Sulaim yang shabirah. Atau dengan Asma yang mengurus kendaraan suaminya dan mencela putranya saat istirahat dari jihad. Atau dengan siapa ya Allah, tolong beri kekuatan untuk mengejar amaliyah mereka… sehingga aku layak bertemu mereka bahkan bisa berbincang dengan mereka di taman Firdaus-Mu.”
Sekarang kami paham, mengapa engkau begitu semangat dalam berdakwah, begitu giat beribadah. Ya, karena engkau sedang mengikuti jejak bahkan ingin mengejar amaliah para shahabiyah. Semoga Allah mempertemukanmu dengan mereka di taman firdaus.
Kemarin aku beserta istri dan anak-anak datang untuk bertakziah kepadamu. Subhanallah, terpana aku melihat mereka yang hadir dalam barisan takziah dan shaff shalat janazah. Mereka datang dari mana-mana, mereka datang dengan berbagai cara, dari jalan kaki sampai yang naik mercy, dari anak-anak sampai nenek-nenek, tua, muda, laki-laki, perempuan. Kami semua mendoakanmu berharap Allah mengumpulkan kita lagi di surga-Nya.
Ya Allah sebagaimana Engkau kumpulkan kami di dunia ini dalam ketaatan pada-Mu. Maka kumpulkanlah kami kelak dalam surga-Mu bersama para Nabi, Shiddiqin, syuhada dan orang-orang shaleh.
Ustadzah Yoyoh, begitu banyak inspirasi dan pelajaran yang dapat kami ambil dari kehidupan bahkan kepergianmu yang tak akan selesai bila ditulis atau diceritakan.
Selamat jalan ustadzah Yoyoh. Semoga Allah memberimu tempat terbaik di sisi-Nya, menganugerahkan berbagai nikmat-Nya. Dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran, ketabahan dan keistiqamahan.
Jakarta, 22 Mei 2011
Syafri Delon Arifin